Mari kita simak bagaimana Kong Ming (nama aslinya Zhuge Liang (諸葛亮), ahli strategi militer kerajaan Shu pada zaman Samkok, abad ke-3) yang tersohor itu mendidik puteranya:
Pelajaran ke-1: Kekuatan Hening
Zhuge Liang mengingatkan kepada putranya, ketenangan, berpikir dengan tenang dan instrospeksi, baru bisa mengultivasi jiwa dan raga. Jika tak ada ketenangan, tak akan mampu merencanakan masa depan dengan efektif.
Selain itu persyaratan utama dalam pendidikan ialah, memiliki suasana tenteram. Orang zaman sekarang kebanyakan seharian sibuk, bukankah sebaiknya Anda di dalam kesibukan dapat menenangkan diri Anda, renungkan sejenak arah kehidupan manusia?
Pelajaran ke-2: Kekuatan Berhemat
Ia menasehati putranya agar berhemat, untuk pembinaan moralitas diri sendiri. Dengan seksama mengatur aset, mempertimbangkan pemasukan ketika mengeluarkan uang, selain bisa lolos dari kerisauan dalam berhutang, malah bisa hidup dengan sederhana dan berdisiplin, tak diperbudak oleh materi. Di dalam masyarakat beradab yang merangsang orang untuk konsumtif, apakah Anda pernah berpikir tentang manfaat berhemat?
Pelajaran ke-3: Kekuatan Perencanaan
Menasehati putranya dalam kehidupan harus ada rencana, jangan dalam segala hal mengutamakan nama dan kepentingan, baru bisa paham tentang tujuan hidup diri sendiri.
Dalam menghadapi masa depan, apakah Anda memiliki idealisme? Apakah Anda memiliki misi? Apakah Anda memiliki pandangan hidup sendiri?
Pelajaran ke-4: Kekuatan Belajar
Menasehati putranya tentang suasana yang tenang sangat bermanfaat dalam belajar, tentu diiringi dengan suasana jiwa yang tenang dan damai, akan semakin melipat-gandakan hasil.
Zhuge Liang bukan penganut teori bakat, ia percaya ketrampilan adalah hasil dari belajar. Sudahkah Anda sepenuh hati dalam belajar? Apakah Anda percaya mau bergiat baru ada sukses?
Pelajaran ke-5: Kekuatan Nilai Tambah
Ia mengingatkan putranya, investasi di dalam kehidupan, hendak mempunyai nilai tambah harus mempunyai tekad dahulu, tidak mau belajar dengan giat, maka tidak bisa menambah ketrampilan diri sendiri.
Akan tetapi, di dalam proses belajar, tekad dan keuletan sangatlah penting. Karena kekurangan kekuatan tekad, bisa gagal di tengah jalan.
Pernahkah Anda memikirkan, pada awal kegiatan banyak yang datang, tetapi hanya sedikit yang dapat bertahan sampai akhir?
Pelajaran ke-6: Kekuatan Speed
Ia mengingatkan puteranya jika mengulur-ulur setiap permasalahan maka tidak akan mampu menguasai hal krusial dengan cepat. Komputer telah merakyat yang menandakan zaman kecepatan telah tiba. Tak dinyana, kecerdasan orang arif pada 1.800 tahun silam, kebetulan juga sama dengan zaman sekarang.
Lebih cepat 1 langkah daripada orang lain, selain mudah mencapai idealismenya, juga memiliki waktu yang lebih banyak untuk merevisi dan memperbaikinya.
Pelajaran ke-7: Kekuatan watak
Zhuge Liang mengingatkan puteranya, apabila terlalu terburu nafsu maka tidak dapat menempa watak. Psikiater mengatakan, “Pikiran mempengaruhi tindakan, tindakan mempengaruhi kebiasaan, kebiasaan mempengaruhi watak, watak mempengaruhi nasib.”
Zhuge Liang memahami bahwa di dalam kehidupan diharuskan melakukan bermacam-macam tindakan penyeimbang, harus “gigih dalam mengerjakan sesuatu”, juga sekaligus “membenahi watak”. Bukankah Anda hendak meningkatkan kualitas watak Anda sendiri?
Pelajaran ke-8: Kekuatan Waktu
Ia memperingatkan kepada puteranya bahwa waktu bergulir dengan cepat, tekad kuat bisa saja terkikis habis oleh waktu, “Tidak bergiat di kala muda, duka nestapa di hari tua.”
Manajemen waktu adalah konsep manusia zaman sekarang, coba pikirkan dengan teliti, waktu itu tak mampu diatur, setiap hari 24 jam, tak lebih dan tak kurang. Hanya mengatur diri sendiri dapat memanfaatkan setiap menit dan setiap detik barulah metode terbaik. Coba Anda renungkan, apakah Anda pernah membuang-buang waktu?
Pelajaran ke-9: Kekuatan Daya Imajinasi
mengatakan kepada puteranya bahwa waktu terus berjalan, ketika diri sendiri berubah tidak selaras dengan dunia, menyesalinya kemudian tak juga dapat diperbaiki. Harus mengerti “Persiapan mental setiap saat, apabila terjadi hal tak terduga”, tidak panik di saat bahaya mengancam.
Daya imajinasi lebih berperan dibandingkan dengan ilmu pengetahuan. Sudahkah Anda, dalam berpikir bertitik-tolak dari yang makro, dan menindak-lanjutinya secara mikro, dengan tulus dan sungguh hati merencanakan kehidupan?
Pelajaran ke-10: Kekuatan Yang Sederhana
Selembar surat yang ditulis oleh Zhuge Liang kepada puteranya, hanya menggunakan 86 aksara, dengan ringkas pesan telah tersampaikan.
Saya percaya pengungkapan yang sederhana bersumber dari pikiran yang jernih. Isi yang terlalu bertele-tele, mudah membuat orang jemu. Komunikasi yang sederhana hasilnya lebih efektif.
Apakah Anda memahami konsep komunikasi sederhana dengan “bertutur-kata dan menulis yang berbobot”? (Yang Jidai/The Epoch Times/whs)