Qi Jiguang adalah pahlawan nasional yang terkenal di Tiongkok. Ia berkali-kali memimpin pasukan Dinasti Ming menggagalkan invasi bajak laut Jepang atas daerah pantai timur Tiongkok.
Pada masa kekuasaan pemerintah Dinasti Ming antara abad ke-14 sampai abad ke-16, bajak laut Jepang berbondong-bondong melakukan invasi ke Provinsi Shandong, Zhejiang dan Fujian di daerah pantai timur Tiongkok. Rakyat jelata setempat sudah kenyang menderita invasi dan sangat membenci kaum bajak laut Jepang yang diejeknya sebagai "Wokou," yang artinya "pembajak kerdil".
Pada akhir abad ke-16, kaum pembajak laut Jepang semakin ganas dalam melancarkan invasi ke daerah pesisir Tiongkok. Kaum bajak laut Jepang itu bertubuh kuat, licik dan melakukan perompakan dan pembunuhan secara brutal dan membabi buta. Pasukan Dinasti Ming nyaris terkesima menghadapi invasi kaum bajak laut yang kejam itu, yang telah membuat rakyat Tiongkok sangat menderita karenanya. Pada saat kaum bajak laut Jepang merajalela di daerah pantai Tiongkok Timur, Jenderal Qi Jiguang dikirim pemerintah ke garis depan untuk melawan invasi kaum bajak laut Jepang.
Qi Jiguang dilahirkan di Penglai, Provinsi Shandong, Tiongkok Timur pada tahun 1528. Nenek moyangnya semua adalah jenderal pasukan Dinasti Ming. Konon ketika Qi Jiguang masih kecil, ia suka melakukan permainan perang bersama dengan anak-anak sebayanya, dan menunjukkan bakat sebagai pemimpin. Ia sejak kecil berminat membaca buku, dan mahir teori militer. Pada usia 17 tahun, Qi Jiguang mewarisi jabatan ayahnya untuk menjabat sebagai komandan militer daerah. Setelah itu ia terus dinaikkan pangkatnya sampai dilantik oleh sang Kaisar sebagai panglima pasukan dalam melawan invasi kaum bajak laut Jepang.
Qi Jiguang menyimpulkan bahwa kekalahan pasukan Dinasti Ming ketika melawan invasi kaum bajak laut Jepang disebabkan karena lemahnya daya tempur pasukan. Oleh karena itu, ia mulai merekrut serdadu baru tanpa mengindahkan tentangan dari berbagai pihak. Kitab sejarah mencatat bahwa Qi Jiguang khusus merekrut lelaki yang suka berkelahi di kalangan rakyat dan melatih mereka secara intensif. Lama-kelamaan ia berhasil membina suatu pasukan yang kuat dan berdaya tempur tinggi. Qi Jiguang juga memerintahkan pembuatan kapal perang untuk mendirikan pasukan angkatan laut yang disebut sebagai "Pasukan Marga Qi." Sejak itu "Pasukan Marga Qi" mencapai kemenangan demi kemenangan dalam pertempuran melawan invasi kaum bajak Jepang. Namanya pun menjadi terkenal di mana-mana. Berikut adalah beberapa contoh.
Tahun 1561, kaum pembajak laut Jepang sebanyak 10.000 orang secara besar-besaran menginvasi daerah Taizhou, Provinsi Zhejiang. Pasukan Marga Qi segera beraksi untuk membasmi agresor. Kaum pembajak Jepang sengaja menaburkan uang dan barang rampokannya ke mana-mana, dengan maksud mengganggu Pasukan Marga Qi. Akan tetapi pasukan Qi yang terlatih tidak tertipu, malah menjadi semakin bergairah dalam pertempuran dan akhirnya membasmi semua pembajak laut Jepang yang menginvasi ke daerah itu.
Tahun 1562, Qi Jiguang berhasil membasmi sejumlah bajak laut Jepang yang sudah lama bercokol di sejumlah pulau di Fujian. Setelah itu, Qi Jiguang sengaja menyebarluaskan kabar bahwa pasukannya terlalu lelah dan perlu istirahat untuk sementara waktu. Kabar yang dibuat itu terdengar oleh gerombolan bajak laut Jepang yang berada di tempat lain. Mereka lantas memperlonggar keadaan siaganya. Namun di luar dugaan mereka, pasukan pimpinan Qi Jiguang malam itu melancarkan serangan mendadak terhadap gerombolan bajak laut itu. Setelah berjalan beriringan selama belasan kilometer, Pasukan Qi menduduki 60 lebih benteng pertahanan kaum bajak Jepang.
Pasukan Qi yang mencapai kemenangan besar dalam pertempuran itu dipuji penduduk setempat sebagai "pasukan sakti". Sampai sekarang di kalangan rakyat masih tersebar banyak cerita yang menyanjung keberanian Pasukan Qi.
Salah satu cerita mengatakan, kaum bajak laut Jepang berkali-kali dikalahkan Pasukan Qi, dan pada akhirnya diusir dari Tiongkok. Mereka bingung mengapa Pasukan Qi bisa melakukan perjalanan ke mana-mana dan terus mengejar mereka. Perjalanan panjang yang ditempuh dengan cepat dapat dilakukan karena Pasukan Qi tidak istirahat meskipun pada waktu makan. Setiap serdadu diberi makanan yang bisa digantung di lehernya untuk dimakan sambil berjalan. Sampai sekarang makanan bundar yang bisa digantung dileher itu masih dimasak oleh rakyat setempat. Ke mana pun Qi Jiguang dan pasukannya pergi, rakyat setempat mendirikan kuil atau kelenteng untuk memperingatinya.(Erabaru.or.id)
Kaisar Yu (Wenming) hidup di abad ke 21 Sebelum Masehi dan sangat terkenal sebagai salah satu kaisar berbudi luhur di sejarah Tiongkok. Ia mewarisi teladan “bekerja untuk orang lain, bukan untuk diri sendiri” yang diturunkan oleh Kaisar sebelumnya, Yao dan Shun. Dia menghormati Tuhan dan mengajarkan prinsip moral. Hal inilah yang membuat rakyat berpikir bahwa ia diutus oleh Tuhan untuk menyelamatkan negara dari bahaya banjir besar. Banyak orang menyebutnya “Kaisar Yu yang Agung”.
Kisahnya adalah demikian, banjir besar selalu menjadi ancaman bencana di Negeri Tiongkok. Penduduk kehilangan rumah dan hidup dalam kesengsaraan. Raja waktu itu adalah Shun. Ia mendengar bahwa Yu adalah seorang anak muda yang cerdas dan tekun bekerja keras, maka ia mengangkat Yu untuk bekerja di bagian pengontrolan banjir. Yu segera mengumpulkan ahli-ahli untuk membantunya menjalankan tugas itu. Yu sangat randah hati dan selalu menerima nasihat orang lain. Dia menerima banyak saran dan memutuskan untuk membangun kanal-kanal untuk mengontrol air dari banjir.
Ia mendaki banyak gunung, menjelajahi banyak hutan dan menyeberangi banyak sungai untuk mensurvei jalan air ke laut. Didalam usahanya, Yu selalu minta petunjuk dari Tuhan dengan mengadakan upacara yang khusuk. Bahkan caranya melangkah dalam upacara tersebut kemudian ditiru orang-orang dalam setiap upacara, dinamakan sebagai “Langkah Ala Yu”. Yu dan pekerja-pekerja lainnya berusaha membangun sarana pengontrol banjir di penjuru negeri, bahkan para Dewa di langit sangat tersentuh atas kerja keras Yu. Dewa Sungai kuning kemudian memberi petunjuk diagaram sungai kepadanya. Saat mengerjakan sungai lain yang lebih besar, misalnya Sungai Panjang, muncullah Naga yang membantunya menunjukkan alur sungai dengan mengarahkan ekornya. Dewa langit juga membantunya dengan memberikan kontainer giok, kapak surga, pedang langit, dll. Dia dapat menggunakan kontainer giok itu untuk mengukur level air dan melacak kedalaman air di sungai dan laut, dia menggunakan kapak surga untuk membuka “Jalan Naga” di tempat sekitar Kota Luoyang (Provinsi Henan), sehingga air dapat mengalir lancar melaluinya, dia menggunakan pedang langit untuk membunuh naga iblis yang telah membelokkan arah air dan mengakibatkan banyak bencana. Pada akhirnya, Yu berhasil melaksanakan tugasnya, membuat banjir dapat terkendali penuh.
Dalam usahanya selama 13 tahun tersebut, dia pergi ke berbagai tempat di Tiongkok. Ada sebuah kisah terkenal mengenai perjalanannya. Meskipun dia melewati rumahnya selama 3 kali dalam 13 tahun tersebut, ia tidak pulang ke rumah. Dia mengeruk terusan 9 sungai, memanfaatkan 9 danau besar, menggali 9 gunung. Dia menghentikan bencana banjir di China sehingga penduduk dapat hidup tenang di rumahnya, membantu rakyat mengembangkan pertanian agraris dan menanam banyak jenis tanaman pangan. Mereka mempelajari bagaiman cara menanam padi di lahan basah dan rendah. Yu juga mengajar penduduk mengenai sistim irigasi yang baik. Sejak saat itu, dari timur ke laut, barat ke gurun, utara ke selatan, di atas tanah yang sangat luas, negeri Tiongkok menjadi tempat yang kaya, makmur dan ternama. Untuk mengenang Yu atas jasa-jasanya, Kaisar Shun menganugerahkan penghargaan giok kerajaan dalam sebuah upacara agung.
Bejana “9 Ding” yang dibuat Yu untuk menghargai 9 bagian besar yang menyatu membentuk satu kesatuan China.(Gambar)
Setelah Yu menyelesaikan tugasnya mengontrol banjir, dia mengabdi membantu Kaisar Shun dalam memerintah negara. Dia sangat setia dan bertanggungjawab. Dia berkata pada Shun, “Mengikuti prinsip yang baik yang telah diajarkan langit akan membawa kita kepada hidup yang lebih baik, mengikuti kejahatan akan menjatuhkan kita ke dalam bencana, bagaikan sebuah bayangan mengikuti bendanya, atau sebuah gema dari suatu suara. Oleh karenanya, setiap saat dan setiap waktu kita harus mengutamakan moral sebagai prioritas utama didalam kehidupan. Apabila pejabat-pejabat kita memiliki moral yang tinggi, rakyat dengan sendirinya akan mendukungnya. Bila kita mengikuti perintah Tuhan dengan pikiran yang tenang dan jernih, langit akan menganugerahkan kehidupan yang damai dan sejahtera.” Kaisar Shun sangat terharu dan sangat bahagia karena memiliki Yu yang bijaksana dan sering memberikan masukan dan nasihat yang baik. Dia memerintahkan rakyatnya untuk belajar mengenai moral kepada Yu. Pada tahun ke-33 masa pemerintahannya, ia menunjuk Yu menggantikannya dan mengangkat Yu untuk menjadi Kaisar di Tiongkok.
Setelah Yu menjadi kaisar, ia bekerja lebih keras untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi rakyatnya. Dia mengeluarkan banyak kebijakan pemerintahan yang baik dan bermanfaat bagi rakyat, menekankan pada pengajaran moral, merekrut orang-orang bijaksana yang berperilaku lurus untuk menjadi pejabat tinggi, dan dengan rendah hati menerima banyak saran dari masyarakat serta melaksanakannya demi memajukan negara. Saat Kaisar Yu melakukan perjalanan ke selatan, dia bertemu ribuan pengikut dari negara lain dalam sebuah “Pertemuan Gunung Tu”. Untuk mengenang pertemuan besar ini, Yu membuat 9 bejana besar (disebut Ding) dari tembaga, merepresentasikan 9 negara bagian di bagian tenggara Tiongkok. Mereka terkenal sebagai “9 rumpun”. Yu pergi ke berbagai tempat untuk mengenalkan dan memajukan kebudayaan dan moralitas bangsa Tionghoa. Dalam perjalanannya, ia mempelajari juga banyak hal mengenai tradisi lokal, bertukar ilmu mengembangkan pertanian, mengajarkan mereka mengenai masa bercocok tanam yang baik, memberikan mereka benih. Dia mengajarkan prinsip-prinsip moral dan mengajar rakyat untuk mematuhi hukum dan hidup damai satu sama lain. Yu sangat dihormati dan diterima baik oleh masyarakat setempat. Dia juga mengembangkan kebudayaan dan menjadikan “Musik Shao” sebagai musik tradisional untuk menghormati para Dewa, dan mengembangkan musik “Xia Besar” untuk menyebarkan kebaikan.
Budaya dan semangat yang diturunkan Yu sangatlah berharga dan mendalam. Tidak hanya memberi contoh bagaimana manusia menghargai dan menjalankan perintah Tuhan, juga mengandung prinsip-prinsip politik dalam memerintah negara, bagaimana mengutamakan moral, kejujuran, mengutamakan rakyat, menjalankan prinsip “alam dan manusia hidup harmonis”, dan “memperhatikan moral daripada uang dan kepentingan” dan “tidak egois dan mementingkan orang lain daripada diri sendiri”. Semua prinsip-prinsip lurus bijaksana ini menghasilkan hal-hal yang baik bagi kemajuan peradaban Tiongkok, kemakmuran negara dan terhindarnya bencana. Kebudayaan tradisional Tionghoa selalu didasarkan pada kepercayaan pada Tuhan dan menjunjung tinggi moralitas, oleh karenanya prinsip menghargai Sang Pencipta, menjalankan ajarannya, menyayangi satu sama lain antar manusia selalu dilaksanakan. Namun, sejak paham komunis dari negeri asing masuk ke Tiongkok pada tahun 40-an dan dengan kekerasan mengambil alih pemerintahan China sampai sekarang, banyak kebudayaan tradisional Tionghoa telah dirusak, terutama di masa revolusi besar kebudayaan, nilai-nilai luhur kepercayaan asli bangsa Tionghoa dan moralitas telah diberangus, digantikan dengan apa yang disebut “kebudayaan partai komunis”, menghancurkan hubungan harmonis antara Tuhan dan manusia, bumi dan langit, manusia dengan manusia, manusia dengan alam.
Ini adalah “9 Ding” yang dibuat Yu untuk menghargai 9 bagian besar yang menyatu membentuk satu kesatuan China.
Menurut catatan sejarah, Bian Que berasal dari Zhengdi, Kabupaten Bohai di Kerajaan Qi. Nama aslinya adalah Qin Yueren. Ketika muda, ia bekerja sebagai manajer hotel. Seorang pengelana bernama Chang Sangjun merupakan tamu tetap di hotel Bian Que. Bian Que menganggap Chang Sangjun sebagai seorang yang spesial dan memberikan perlakuan khusus padanya. Chang Sangjun juga tahu bahwa Bian Que bukan orang biasa. Mereka menjadi teman akrab. Satu hari, setelah mengenal satu sama lain selama lebih dari 10 tahun, Chang Sangjun mengundang Bian Que ke tempatnya untuk suatu percakapan pribadi. Chang Sangjun memberitahu Bian Que, ”Saya telah tua dan segera akan meninggal. Saya mempunyai ramuan rahasia yang akan saya berikan kepadamu. Saya harap kamu dapat merahasiakannya.”
Bian Que berkata, ”Saya akan melakukan sesuai kehendakmu.”
Chang Sangjun mengeluarkan obat-obatan dari sakunya dan memberikannya kepada Bian Que, ”Kamu dapat mencampur obat ini dengan embun dari langit dan meminumnya, kemudian kamu dapat melihat semuanya dalam 30 hari.” Setelah Bian Que menerima obat itu, Chang Sangjun tiba-tiba menghilang. Ia menyadari bahwa Chang Sangjun bukan orang biasa.
Bian Que minum obat tersebut sesuai dengan anjuran Chang Sangjun. Tiga puluh hari kemudian ia dapat melihat orang dari balik tembok. Menggunakan bakat khusus ini, ia dapat melihat organ dalam dan penyakit dari orang-orang. Tetapi ia masih menggunakan teknik tradisional mengecek denyut nadi guna menyembunyikan kemampuan aslinya. Ia membuka praktek pengobatan selama Kerajaan Qi dan Zhao. Selama Kerajaan Zhao, ia menyebut dirinya Bian Que.
Seorang dokter terkenal yang dikenal Bian Que mempraktekan pengobatan di Tiongkok mulai 2697 sampai 2598 S.M. Qin Yueren hidup selama 2000 tahun kemudian, tetapi karena keahlian Qin Yueren dalam mengobati pasien, orang-orang menyebut Bian Que dengan rasa hormat. Pelan-pelan, semua orang memanggilnya Bian Que dan sangat sedikit yang tahu bahwa nama aslinya Qin Yueren.
Bian Que menggunakan banyak teknik berbeda dalam praktek pengobatannya: tumbuhan, akupuntur, pijat dan segala macam metode, tergantung situasinya dan sanggup mengobati segala jenis penyakit. Ia berkelana ke seluruh penjuru kerajaan dan mengobati orang dari berbagai status sosial. Kemanapun ia pergi, ia selalu mengobati orang sesuai dengan tingkatan keparahan mereka.
Zhao Jianzi, pejabat senior di Kerajaan Jin dalam keadaan sakit serius dan koma selama 5 hari. Ketika Bian Que dipanggil untuk menemuinya, ia hanya melihat sekilas pada Zhao Jianzi dan segera meninggalkan kamar. Ketika pejabat Dong An bertanya Bian Que mengenai diagnosisnya, Bian Que berkata, ”Sirkulasi darahnya normal, jangan panik. Pada masa lalu, Qin Mu Gong, raja dari Kerajaan Qin juga mengalami hal yang sama dan ia sembuh dalam 7 hari.”
Beberapa hari kemudian Zhao Jianzi bangun dari komanya. Ketika seseorang memberitahu Zhao kata-kata Bian Que, Zhao Jianzi terpesona. Ia kemudian memberikan Bian Que 40.000 mu (ukuran tanah di Tiongkok, 1 mu=0,165 Ha) tanah untuk menunjukkan penghargaannya.
Pada suatu ketika, Bian Que berkelana ke Kerajaan Guo di mana pangeran terbaring, kelihatannya meninggal karena sakit. Setelah mendengarkan seorang dokter bernama Zhong Shuzi menggambarkan tentang gejala penyakit pangeran, Bian Que tahu bahwa pangeran tidak mati, gejalanya disebut mati suri. Bian Que memberitahu Zhong Shuzi bahwa pangeran akan sembuh. Zhong Shuzi berkata, ”Saya mendengar bahwa dulu, seorang dokter terkenal bernama Yu Fu tidak menggunakan obat biasa dalam prakteknya. Ia dapat melihat penyakit dengan pengamatan. Ia akan mengikuti meridian energi dari organ dalam orang, memotong jaringannya, membuka saluran meridian, menjahit ototnya, membersihkan membrannya, mencuci organnya, mengkultivasi jiwanya dan mengganti tubuhnya. Jika kamu dalam melakukan semua itu maka pangeran akan sembuh. Jika tidak, kamu bahkan tidak dapat menyakinkan anak kecil bahwa pangeran akan kembali hidup.”
Setelah ia mendengar komentar Zhong Shuzi, Bian Que menghela napas dan berkata, ”Yang kamu gambarkan tadi hanya merupakan sebagian kecil cara dari diagnosis kedokteran, seperti menyaksikan langit melalui sepotong pipa bambu dan mengamati bunga melalui celah. Pengobatan saya sangat spesial. Tidak ada gunanya memeriksa denyut nadi, mengamati warna dan aliran energi, mendengarkan suara atau pun melihat kondisi fisiknya. Tanpa semua teknik itu saya dapat memberitahukan akar penyebab penyakitnya. Jika saya melihat gejala luarnya, saya dapat menyimpulkan penyebab internalnya. Sebaliknya, jika saya tahu penyebab internalnya maka saya dapat memprediksi gejala luarnya. Ketika orang sakit, itu kelihatan dari luar. Berdasarkan ini saya dapat mendiagnosa orang dari seribu mil. Saya mempunyai banyak cara untuk mendiagnosa dan mengobati penyakit. Kamu tidak dapat melihat sesuatu dari satu sisi saja.” Setelah itu, Bian Que menyuruh seorang muridnya untuk melakukan tusuk jarum pada pangeran. Segera setelah itu pangeran bangun dari kematiannya. Kejadian ini menyebabkan Bian Que sangat terkenal. Orang-orang menyebutnya dokter ajaib yang dapat membangunkan orang dari kematian.
Diwaktu lain, Bian Que bertemu dengan Qin Huangong, raja kerajaan Qin yang di tubuhnya terdeteksi penyakit serius. Bian Que memberitahu Qi Huangong bahwa penyakitnya hampir menuju ke permukaan tetapi Qi Huangong tidak memperdulikannya. Lima hari kemudian, Bian Que memberitahu Qi Huangong bahwa penyakitnya berada dalam aliran darahnya. Peringatannya diabaikan lagi. Lima hari kemudian, Bian Que melihat penyakit Qi Huangong menjalar ke organ internalnya dan lima hari kemudian menjalar ke sumsum tulangnya. Bahkan dewa yang mengatur kehidupan dan kematian tidak dapat membalikkan penyakit ini. Bian Que segera kabur. Ketika penyakit Qi Huangong menjadi serius orang-orang mencari Bian Que guna mengobati penyakit raja tetapi telah terlambat. Bian Que telah pergi. Karena mengabaikan peringatan dokter Bian Que, Qi Huangong mati karena penyakit.
Cerita sejarah di atas memberitahu kita bahwa Bian Que menggunakan kemampuan supernormalnya guna mengobati penyakit. Ia dapat melihat akar penyebab penyakit. Teknik diagnostiknya yang berupa mengecek denyut hanya aksi guna menenangkan orang. Seorang dokter terkenal lainnya seperti Hua Tuo, Sun Simio dan Li Shizhen semua memiliki kemampuan ini. Banyak dari mereka adalah kultivator Tao yang menekankan pada segi kebaikan dan memandang hambar pada nama dan uang. Bian Que menggunakan kemampuannya guna mengobati penyakit pasiennya. Ia dapat segera melihat akar penyebabnya, menerapkan perawatan yang tepat dan mencapai hasil yang diinginkan maka orang memanggilnya dokter ajaib.
Dari pandangan kultivator, semua orang memiliki kuasa supernormal. Tetapi sekarang dengan menurunnya standar moral, orang menjadi sangat materialistis dan menekankan pada hal yang terlihat. Akibatnya, orang kehilangan kemampuan aslinya. Dokter sekarang menggunakan stetoskop, mesin sinar-X, CT Scan dan alat kedokteran lainnya guna mendiagnosa. Orang berpikir bahwa ini adalah alat canggih tetapi dokter sering salah menggunakannya dan akhirnya diagnosanya salah. Kemampuan khusus Bian Que dapat melihat organ dalam seseorang. Ia dapat melihat kenyataan sebenarnya pada berbagai tingkat. Dibandingkan dokter sekarang, yang mana yang lebih canggih dan ajaib?
Orang tahu bahwa sejak jaman kuno, pengobatan tradisional Tiongkok menekankan pada segi kebaikan tetapi tidak tahu mengapa. Alasan sebenarnya adalah hubungan yang dekat antara kepentingan pribadi seseorang, pikiran yang bajik dan kemampuan untuk menyembuhkan. Ketika dokter kehilangan kebaikannya, kemampuan menyembuhkan tidak akan berjalan. Kemampuan supernormal, hal yang paling penting dalam praktek pengobatan kuno, sekarang tidak ada lagi, mereka telah ditinggalkan. Pengobatan tradisional Tiongkok sekarang tidak lagi memperhatikan masalah kebaikan di dalam para praktisinya, mereka sekarang berdasarkan pada pengalaman masa lalu dan resep dari masa lalu. Mereka mengajarkan hal-hal luar sementara itu tidak memperdulikan isinya. Tidak ada Bian Que atau dokter ajaib lagi sekarang ini.
Pada tepi Danau Barat di Kota Hangzhou ada kuil untuk mengenang Yue Fei .Jenderal Yue Fei adalah pahlawan yang paling dielu-elukan semasa dinasti Song Selatan (1127 – 1279 Setelah Masehi). Ia dikenal karena keberanian dan patriotismenya, dan diakui telah mempertahankan Tiongkok dari serangan penyerbu dari utara. Ia mati secara tragis di tangan pejabat pengadilan bernama Qin Hui. Di depan kuil ada 4 patung besi sedang berlutut. Dua diantaranya patung Qin Hui dan istrinya, Nyonya Wang, yang bertanggung jawab atas pengkhianatan terhadap negara dan pembunuhan atas Yue Fei.
Dikisahkan, semasa Dinasti Ming, Futai yang baru [Futai = Gubernur Jenderal Provinsi] menempati kantornya di KotaHangzhou. Nama keluarganya juga Qin, dan ia keturunan Qin Hui. Tidak lama setelah menduduki pos barunya, suatu hari sang Futai diajak berkeliling Danau Barat oleh seorang bawahannya. Ketika tiba di Kuil Yue Fei dan melihat leluhurnya berlutut di hadapan Yue Fei, ia bergegas menutup wajahnya dengan kain dan berbalik.
Sekembalinya ke Yamen [Kantor Gubernur semasa feodalisme di Tiongkok], sang Futai menjadi gelisah. Ia memanggil bawahannya untuk membicarakan bagaimana menyingkirkan patung-patung besi tersebut.
Sang bawahan memegang janggutnya, berpikir sesaat dan berkata, “Jika kita menyingkirkan patung secara terbuka, orang-orang tentunya tidak akan mengizinkan, dan mungkin akan timbul keributan. Menurut pendapat saya, lebih baik jika sepasang patung tersebut dibuang ke Danau Barat. Tenggelam dalam danau sebesar itu, mereka bahkan tidak mungkin menemukannya jika seluruh air danau dikeringkan.
Futai berseru, “Bagus! Bagus!” Kemudian ia memerintahkan untuk menyingkirkan patung pada malam hari dan membuangnya ke dalam danau.
Diluar dugaan, esoknya pada pagi hari muncul kejadian aneh. Air Danau Barat mulai berbau. Sangat berbau sehingga orang-orang menjadi lemas dan ingin muntah jika mendekati air.
Seseorang menemukan dua patung besi di depan Kuil Yue Fei telah hilang dan berteriak, “Lihat, dua patung itu hilang. Seeorang pasti membuangnya ke Danau Barat. Kalau tidak, mengapa airnya menjadi berbau tidak sedap?”
Setelah menemukan patung tersebut hilang, banyak orang-orang yang datang ke kantor Futai untuk melapor dan memohon agar penjahat yang melakukannya ditahan.
Sang Futai sedang tidur. Mendengar keributan, ia terbangun dan bertanya apa yang terjadi. Bawahannya menerangkan apa yang terjadi. Memiliki perasaan bersalah, Futai memberitahu bawahannya agar memberitakan ia sedang sakit.
Apakah orang-orang kemudian bubar? Tidak. Semakin banyak orang berdatangan dan massa hampir merubuhkan patung singa dari batu di depan halaman kantor gubernur. Futai takut kerusuhan akan terjadi bila situasi terus berjalan seperti itu, sehingga ia memaksa diri untuk keluar dan menghadapi massa. Ia berkata, “Semua ini hanya desas-desus. Jangan segera mempercayainya.
Massa berkata, “Jika melihat anda akan segera tahu, apakah itu desas-desus atau bukan.”
Massa mengelilingi Futai dan dengan gigih menariknya untuk ikut dan melihat sendiri. Futai tidak ada pilihan selain duduk di tandu besar yang diusung oleh 8 orang dan mereka segera menuju ke Danau Barat. Beberapa li (1 li = 500 meter) sebelum danau, ia mencium bau yang menyengat bertiup ke tandunya. Beruntung ia belum makan pagi karena tidak ada kesempatan. Bahkan itupun ia hampir muntah.
Setibanya di danau, Futai mengintip melalui celah tirai, tidak melihat apapun kecuali massa yang besar di hadapannya. Dengan berdebar, ia turun secara perlahan dari tandunya. Ia berbatuk beberapa kali dan berkata, “Adalah wajar jika air danau berbau sesaat dan harap saudara sekalian tidak membesar-besarkan hal ini. Menurut pendapat saya, hal ini tidak terkait dengan patung besi.”
Segera beberapa orang berteriak di kerumunan, “Apa hubungan anda dengan Qin Hui? Mengapa anda bahkan menutup-nutupinya?!”
Untuk sesaat, Futai tidak tahu bagaimana harus menjawab. Ia menenangkan diri dan berkata pada dirinya, “Jangan gugup! Patung telah tenggelam ke dasar danau, siapa yang bisa menemukannya?” Pikiran tersebut membuatnya nyaman, dan ia kemudian berkata secara sombong, “Hentikan membuat keonaran yang disengaja. Jika ada yang bisa mengambil patung dari danau, saya bersedia mengundurkan diri dan dihukum!”
Seketika kata-kata tersebut diucapkan, air danau yang hitam tiba-tiba menjadi terang dan jernih. Sepasang patung besi muncul dari dasar danau, seperti diangkat oleh seseorang, hanyut ke arah Futai.
Futai sangat ketakutan dan wajahnya menjadi pucat pasi. Ia berlari ke arah tandu dan berteriak, “Lari! Lari!”
Saat Futai melarikan diri, massa yang marah mulai melempari batu ke tandunya. Ketika tiba di kantor gubernur, banyak lubang akibat lemparan batu terlihat di atap tandu. Tiga benjolan besar sebesar kacang kenari terlihat di kepala belakang Futai. Malam harinya, tidak berani mengenakan pakaian kebesaran seorang pejabat, keturunan Qin Hui melarikan diri dari Kota Hangzhou seperti seekor tikus tenggelam.
Setelah patung besi hanyut ke tepi, orang-orang mengangkatnya dari air dan meletakkan kembali ke tempat semula, berlutut di hadapan altar Yue Fei.(erabaru.or.id)*
Baca juga kisah lengkapnya : Pahlawan Bangsa yang Besar Yue Fei dan Pengkhianat Bangsa Qin Gu
Bianque adalah dokter terkenal yang hidup pada masa Periode Kebangkitan dan Keruntuhan sekitar 2.700 tahun yang lalu, dan tangan ajaibnya telah menyelamatkan banyak jiwa, baik orang biasa ataupun para pangeran.
Suatu hari Bianque pergi menemui Adipati Cai di Negeri Qi. Setelah memeriksa sebentar, Bianque mengatakan, “Tuanku Mulia sedang sakit, tapi baru mulai di bawah kulit. Jika anda tidak mencari pengobatan akan menjadi lebih parah.” Adipati Cai menjawab, “Tapi saya tidak merasakan ketidaknyamanan apapun.”
Setelah Bianque pergi, Adipati Cai mengatakan kepada bawahannya, “Para dokter suka memamerkan kemampuannya dengan mengobati orang sehat.”
Sepuluh hari kemudian, Bianque kembali menemui Adipati Cai. “Penyakit Tuanku sudah menjalar ke tulang, dan akan menjadi serius bila tidak dirawat.” Adipati Cai merasa tidak senang mendengar hal ini.
Setelah sepuluh hari berlalu. Ketika Bianque menemui Adipati Cai lagi, dia tidak berkata apapun tapi berputar dan pergi. Adipati Cai merasa heran dan dia mengirimkan orang untuk bertanya alasannya.
Bianque menjawab, “Ketika penyakitnya masih di kulit, mandi herbal bisa mengobatinya, ketika penyakitnya di tulang, suntikan bisa mengobatinya, ketika penyakitnya di perut, teh herbal panas masih bisa mengobatinya. Tapi jika penyakitnya sudah menjalar ke tulang sumsum, masalah ini harus diserahkan kepada Tuhan, karena saya tidak bisa mengobatinya. Hari ini saya melihat penyakit Adipati sudah menjalar ke tulang sumsum, jadi saya tidak berani merawatnya.”
Lima hari kemudian, Adipati Cai mulai mendapatkan sakit yang hebat. Ketika dia mencari Bianque, Bianque sudah meninggalkan Negeri Qi.(erabaru.or.id)*
Raja Lu Ai Gong bertanya pada Konfusius, "Apakah benar nasib dari suatu bangsa ditentukan dari langit dan bukannya dari tindakan-tindakan pemimpinnya?"
Konfusius menjawab, "Nasib negara Anda akan tergantung pada tindakan-tindakanmu sendiri. Dalam kasus tertentu tindakan anda itu tidak dapat mengubah nasib bangsa Anda."
Raja berkata, "Baiklah. Bisakah anda memberikan beberapa fakta mengenai pernyataan ini?"
Konfusius berkata, "Selama periode Raja Zhou dari Dinasti Shang, dekat tembok ibukota ada seekor burung kecil yang melahirkan seekor burung besar. Raja berkonsultasi dengan seorang peramal mengenai hal tersebut. Peramal berkata, 'Bilamana suatu hal yang lebih kecil beranak lebih besar, itu berarti bahwa bangsa akan mampu mempersatukan lahan dan bangsa menjadi semakin makmur.' Mendengar itu Raja menjadi sangat puas. Ia berpikir bahwa ia bisa bergantung pada pertanda. Ia berhenti bekerja keras dalam memerintah negerinya dan menjadi sangat brutal terhadap para pejabat dan rakyatnya. Tidak satu pun dari pejabat di penjara kerajaan mampu menghentikannya. Pada akhirnya, musuh dari luar menyerang negeri mereka dan menggulingkan Dinasti Shang. Ini adalah sebuah contoh dari suatu pertanda yang baik yang membawa bencana, alasan tersebut menjadikan raja berpedoman pada tindakan yang baik dan menentang hukum dari langit.
Sebagai perbandingan, dalam kurun waktu pemerintahan Raja Zhou leluhur Raja Tai Wu, moralitas masyarakat sangat jelek dan hukum bangsa tersebut sangat kacau. Kejadian ini menyebabkan pertumbuhan dari suatu tanaman yang tidak lazim, yang tumbuh di dalam lingkungan kerajaan. Tanaman tumbuh sangat cepat. Dalam tujuh hari, tanaman membesar hingga cukup dipeluk oleh dua orang. Raja berkonsultasi dengan seorang peramal dan ia berkata, 'Tanaman liar jenis ini mestinya tidak tumbuh di lingkungan kerajaan, namun sekarang itu yang terjadi. Ini berarti bahwa bangsa akan menjelang masa akhir.' Raja Tai Wu sangat ketakutan. Ia mulai memperhatikan tindakan-tindakannya secara hati-hati dan ia juga berpikir bagaimana para raja yang sebelumnya menguasai bangsa tersebut secara benar dan memperhatikan orang-orangnya. Dalam tiga tahun, banyak raja dari negara lain telah mendengarkan tentang kebaikan Raja Tai Wu dan sebanyak enam belas raja telah mengirimkan para pesuruh mereka untuk mengunjungi dan menghormati Raja Dinasti Shang. Ini adalah sebuah contoh tentang menghentikan tindakan-tindakan tidak baik yang diakibatkan firasat buruk telah berbalik menjadi kebaikan.
Oleh karena itu, ketika langit membuat gejala dan berbagai bencana muncul, itu adalah peringatan langit kepada para penguasa; ketika pejabat bermimpi tentang kisah-kisah penuh arti dan asing, itu adalah peringatan langit kepada pejabat-pejabat. Bencana-bencana dan gejala asing atau aneh tidak akan mengalahkan kebijakan-kebijakan yang baik dan keputusan-keputusan baik suatu bangsa; mimpi-mimpi tidak akan mengalahkan akhlak tinggi dan kebaikan-kebaikan besar. Jika seseorang dapat berbuat seperti ini - mengalahkan tindakan-tindakan tidak baik dan mengikuti tindakan-tindakan benar - ini akan menjadi cara terbaik untuk mengatur suatu negeri. Hanya para raja orang yang bijaksana mampu melakukannya."
Raja Lu Ai Gong berkata, "Pengajaranmu itu mampu memberikan koreksi dengan tepat atas kelalaian saya. Adalah sangat luar biasa bisa mendengarkan pengajaranmu!"
Raja Zhou menghentikan tindakan-tindakan baik dan berubah menjadi jahat, dan negerinya menjadi hancur . Raja Tai Wu menghentikan tindakan-tindakan tidak baik dan berubah menjadi baik, dan negerinya menjadi maju. Dewasa ini Rezim Komunis China telah melakukan suatu pemerintahan diktator sejak permulaan, sudah melakukan bermacam-macam perbuatan jahat, hendaknya bercermin pada kisah Raja Zhou ini.
Cerita tentang seorang militer China, Jendral Qi Jiguang (戚繼光) dari dinasti Ming yang telah dididik sejak kecil oleh ayahnya agar tidak hidup didalam kemewahan dan kesombongan.
Qi Jiguang (12–11-1528 sampai 5–1–1588) adalah pahlawan nasional dalam masa dinasti Ming. Dia sangat dikenang atas keberanian dan kepemimpinan dalam membasmi bajak laut Jepang di sepanjang pantai timur China dan juga bantuannya dalam pembangunan Tembok Besar China. Menurut catatan sejarah, ayahnya adalah Qi Jingtong (戚景通). Beliau adalah seorang yang jujur dan adil. Dia telah menanamkan kepada anaknya seperangkat pemahaman moral yang kokoh. Setelah ayahnya meninggal, Qi Jiguang mengambil alih komando atas Dengzhou pada usia 17 tahun.
Qi Jingtong agak telat punya anak. Pada usia beliau yang ke 56 lahirlah Qi Jiguang. Putranya ini amat disayangi. Qi Jingtong sendirilah yang mengajar Jiguang membaca buku dan seni bela diri. Jingtong juga sangat keras dalam hal perkembangan karakter dan perikaku moral Jiguang.
Suatu hari, ketika itu dia berusia 13 tahun, Jiguang mencoba sepasang sepatu sutera yang mewah dan naksir pada sepatu tsb. Bersepatu sutera tsb. dia berjalan bolak-balik di halaman rumah dengan gaya dan menikmatinya berlama-lama. Hal ini kemudian terlihat oleh ayahnya. Beliau kemudian memanggilnya untuk belajar dan memperingatkan Jiguang dengan marah, ‘Sekali kamu memakai sepatu mewah, akan muncul naluri ingin memakai baju mewah. Sekali kamu memakai baju mewah, akan muncul naluri akan makanan enak. Pada usia yang muda begini kamu telah mendambakan pakaian mewah dan makanan enak, selanjutnya kamu akan tidak puas terhadap apapun, tamak. Saat kamu besar nanti kamu akan mengejar pakaian mewah dan makanan enak. Bila kamu adalah seorang komandan, bahkan mungkin kamu akan menggelapkan gaji tentara. Bila kamu terus-terusan begini, kamu akan sulit berhasil dalam perbuatan yang menghendaki kejujuran’.
Jingtong kemudian mengetahui bahwa sepatu sutera tsb adalah hadiah dari mendiang kakeknya, walaupun demikian dia menyuruh Jiguang menanggalkan sepatu tsb dan merobeknya. Tujuan Jingtong melakukan ini adalah untuk mencegah Jiguang membentuk tabiat buruk dalam hal memanjakan diri dengan kemewahan.
Keluarga Qi punya selusin topi jerami yang telah lama tergeletak dan rusak bertahun-tahun. Jingtong menyewa beberapa tukang topi untuk memperbaiki topi tsb. Dalam rangka menyambut kunjungan pejabat kerajaan dan agar punya tempat yang representative untuk itu, Jingtong menyuruh tukang kayu memasang 4 pintu berukiran di ruangan utama dan menyuruh Jiguang mengawasi para tukang kayu dalam pemasangan pintu tsb.
Para tukang kayu menyarankan keluarga Qi memasang perlengkapan rumah yang terkenal dan mahal, dengan demikian mereka merasa tidaklah cocok bila cuma memasang 4 pintu berukir saja. Para pekerja tsb berbicara empat mata dengan Jiguang, ‘Keluargamu adalah turunan jenderal besar. Dengan adanya tambahan perlengkapan rumah yang demikian luks, maka seluruh permukaan pintu tambahan tsb juga harus dihias dengan ukiran bunga timbul, total 12 bunga. Dengan demikian baru sesuai dengan reputasi keluarga kalian’. Jiguang berpikir bahwa saran mereka masuk akal juga dan menyampaikan hal tsb. kepada ayahnya.
Jingtong menegur putranya dengan keras karena idenya yang berapi-api dan tak bermanfaat. Dia memperingatkan Jiguang, ‘Jika kamu ingin pamer, kamu tidak akan mampu mengerjakan hal besar kelak kamu besar nanti’. Jiguang memahami kritikan ayahnya dan menyuruh para pekerja memasang 4 pintu seperti rencana ayahnya semula.
Jingtong juga mengajarkan putranya bahwa belajar kesusastraan dan berlatih seni beladiri bukan untuk mengejar nama dan keberuntungan, tetapi untuk mengabdi kepada negara dan rakyat, menanamkan tingkah laku moral seperti kesetiaan, sikap baik pada orang tua, anti suap dan sopan-santun.
Dibawah arahan ayahnya, melalui perkataan dan perbuatan, Jiguang menjadi ‘berisi’ : sederhana, rendah hati dan apa adanya. Dia dengan rajin dan penuh konsentrasi belajar kesusastraan dan berlatih seni beladiri. Dikemudian hari dia menjadi jenderal kenamaan dan membela negaranya melawan invasi asing serta terkenal sebagai ahli strategi militer jempolan dalam dinasti Ming. Warisannya telah menjadi bagian dari sejarah.
Suka pamer, terbenam dalam pengejaran materi, kekayaan, kekuasaan, pencapaian dan kedudukan agar dipuji dan dipuja adalah ciri dari kesombongan. Akar dari kesombongan adalah kecongkakan. Sifat ini akan menghancurkan dengan perlahan cita-cita mulia seseorang dan menyebabkan seseorang selalu tidak merasa cukup. Bila seseorang telah menjadi budak dari ilusi kemewahan dan berusaha mengapainya, bahkan merugikan orang lain, itu adalah hal benar-benar menyedihkan.
Dengan status dan reputasinya, keluarga Jiguang dapat saja memberikan dan memenuhi semua kesukaan dan kemewahan kepada Jiguang, namun ayahnya tidak mengharapkan Jiguang diasuh untuk mengejar hal-hal tsb. Fokus Jingtong dalam mendidik Jiguang adalah karakter dan kejujuran moral.
Seringkali banyak orang tua mempunyai hasrat memberikan kepada anak mereka hal yang terbaik dalam segala hal dalam dunia modern yang sangat materialistik saat ini. Sudah seharusnya mereka mengambil pelajaran dari cara Jingtong mendidik Jiguang. Mengajar anak-anak mereka bahwa keberhasilan dalam hidup tidak ditentukan dari pakaian, sepatu atau apa yang kita kenakan atau dari apa yang kita miliki, namun dari refleksi karakter yang kuat dan nilai-nilai moral. (Erabaru/bud)
PENOPANG SISTEM KEKEBALAN TUBUH
Aloe Vera adalah tanaman yang telah memiliki reputasi tinggi sebagai
“tanaman medis” yang berkhasiat untuk membantu pen...
*1. Wanita Bijaksana*
Tahu kapan untuk genit tau kapan untuk dimanja seperti anak kecil. Jika dia
adalah seorang mahasiswa, ia tidak akan egois meminta ...
Microhydrin:
Abundantly Available Antioxidant
Microhydrin offers abundantly available antioxidant power. The key is the
freely available electrons that que...
Anybody appreciates the customizable utility of Nissan Townpod's van-like
abilities coupled with a chic and stylish cockpit designed with the future
and ...
Peringkat pertama : wanita *Pisces*
Wanita pisces pandai memahami maksud dan pendapata orang lain, bisa membuat
suami melewati hidup dengan sangat santai....
Leluhur bangsa Tionghoa percaya bahwa “Tao” menghasilkan segalanya dan
memberikan segalanya dengan pahala (De). Mereka menghargai Tao, menjunjung
moral ...
Making Money From Home Just Got Easier!
Presenting...The IAHBE!
What Is It? IAHBE stands for the International Association of Home Business
Entrepreneurs....
*Ini Jagoan LG untuk Lawan Note 4 & iPhone 6 Plus* - Tahun ini, LG rupanya
tidak hanya menyiapkan G4 sebagai amunisi untuk menggempur dominasi Samsung
da...
Sabba Dhammam Dana Dhammam Jinati
Persembahan Dhamma Merupakan
Persembahan Yang Tertinggi
Banyak bicara banyak kesalahan dan berbahaya;
diam dan sed...
A home sale can be risky sometimes for sellers and also there is no
guarantee that the house will sell. Still, some *Bloom Realty, Erin E King
MBA* helps...