Kaisar Yu (Wenming) hidup di abad ke 21 Sebelum Masehi dan sangat terkenal sebagai salah satu kaisar berbudi luhur di sejarah Tiongkok. Ia mewarisi teladan “bekerja untuk orang lain, bukan untuk diri sendiri” yang diturunkan oleh Kaisar sebelumnya,
Kisahnya adalah demikian, banjir besar selalu menjadi ancaman bencana di Negeri Tiongkok. Penduduk kehilangan rumah dan hidup dalam kesengsaraan. Raja waktu itu adalah Shun. Ia mendengar bahwa Yu adalah seorang anak muda yang cerdas dan tekun bekerja keras, maka ia mengangkat Yu untuk bekerja di bagian pengontrolan banjir. Yu segera mengumpulkan ahli-ahli untuk membantunya menjalankan tugas itu. Yu sangat randah hati dan selalu menerima nasihat orang lain. Dia menerima banyak saran dan memutuskan untuk membangun kanal-kanal untuk mengontrol air dari banjir.
Ia mendaki banyak gunung, menjelajahi banyak hutan dan menyeberangi banyak sungai untuk mensurvei jalan air ke laut. Didalam usahanya, Yu selalu minta petunjuk dari Tuhan dengan mengadakan upacara yang khusuk. Bahkan caranya melangkah dalam upacara tersebut kemudian ditiru orang-orang dalam setiap upacara, dinamakan sebagai “Langkah Ala Yu”. Yu dan pekerja-pekerja lainnya berusaha membangun sarana pengontrol banjir di penjuru negeri, bahkan para Dewa di langit sangat tersentuh atas kerja keras Yu. Dewa Sungai kuning kemudian memberi petunjuk diagaram sungai kepadanya. Saat mengerjakan sungai lain yang lebih besar, misalnya Sungai Panjang, muncullah Naga yang membantunya menunjukkan alur sungai dengan mengarahkan ekornya. Dewa langit juga membantunya dengan memberikan kontainer giok, kapak surga, pedang langit, dll. Dia dapat menggunakan kontainer giok itu untuk mengukur level air dan melacak kedalaman air di sungai dan laut, dia menggunakan kapak surga untuk membuka “Jalan Naga” di tempat sekitar Kota Luoyang (Provinsi Henan), sehingga air dapat mengalir lancar melaluinya, dia menggunakan pedang langit untuk membunuh naga iblis yang telah membelokkan arah air dan mengakibatkan banyak bencana. Pada akhirnya, Yu berhasil melaksanakan tugasnya, membuat banjir dapat terkendali penuh.
Dalam usahanya selama 13 tahun tersebut, dia pergi ke berbagai tempat di Tiongkok.
Bejana “9 Ding” yang dibuat Yu untuk menghargai 9 bagian besar yang menyatu membentuk satu kesatuan China.(Gambar)
Setelah Yu menyelesaikan tugasnya mengontrol banjir, dia mengabdi membantu Kaisar Shun dalam memerintah negara. Dia sangat setia dan bertanggungjawab. Dia berkata pada Shun, “Mengikuti prinsip yang baik yang telah diajarkan langit akan membawa kita kepada hidup yang lebih baik, mengikuti kejahatan akan menjatuhkan kita ke dalam bencana, bagaikan sebuah bayangan mengikuti bendanya, atau sebuah gema dari suatu suara. Oleh karenanya, setiap saat dan setiap waktu kita harus mengutamakan moral sebagai prioritas utama didalam kehidupan. Apabila pejabat-pejabat kita memiliki moral yang tinggi, rakyat dengan sendirinya akan mendukungnya. Bila kita mengikuti perintah Tuhan dengan pikiran yang tenang dan jernih, langit akan menganugerahkan kehidupan yang damai dan sejahtera.” Kaisar Shun sangat terharu dan sangat bahagia karena memiliki Yu yang bijaksana dan sering memberikan masukan dan nasihat yang baik. Dia memerintahkan rakyatnya untuk belajar mengenai moral kepada Yu. Pada tahun ke-33 masa pemerintahannya, ia menunjuk Yu menggantikannya dan mengangkat Yu untuk menjadi Kaisar di Tiongkok.
Setelah Yu menjadi kaisar, ia bekerja lebih keras untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi rakyatnya. Dia mengeluarkan banyak kebijakan pemerintahan yang baik dan bermanfaat bagi rakyat, menekankan pada pengajaran moral, merekrut orang-orang bijaksana yang berperilaku lurus untuk menjadi pejabat tinggi, dan dengan rendah hati menerima banyak saran dari masyarakat serta melaksanakannya demi memajukan negara. Saat Kaisar Yu melakukan perjalanan ke selatan, dia bertemu ribuan pengikut dari negara lain dalam sebuah “Pertemuan Gunung Tu”. Untuk mengenang pertemuan besar ini, Yu membuat 9 bejana besar (disebut Ding) dari tembaga, merepresentasikan 9 negara bagian di bagian tenggara Tiongkok. Mereka terkenal sebagai “9 rumpun”. Yu pergi ke berbagai tempat untuk mengenalkan dan memajukan kebudayaan dan moralitas bangsa Tionghoa. Dalam perjalanannya, ia mempelajari juga banyak hal mengenai tradisi lokal, bertukar ilmu mengembangkan pertanian, mengajarkan mereka mengenai masa bercocok tanam yang baik, memberikan mereka benih. Dia mengajarkan prinsip-prinsip moral dan mengajar rakyat untuk mematuhi hukum dan hidup damai satu sama lain. Yu sangat dihormati dan diterima baik oleh masyarakat setempat. Dia juga mengembangkan kebudayaan dan menjadikan “Musik Shao” sebagai musik tradisional untuk menghormati para Dewa, dan mengembangkan musik “Xia Besar” untuk menyebarkan kebaikan.
Budaya dan semangat yang diturunkan Yu sangatlah berharga dan mendalam. Tidak hanya memberi contoh bagaimana manusia menghargai dan menjalankan perintah Tuhan, juga mengandung prinsip-prinsip politik dalam memerintah negara, bagaimana mengutamakan moral, kejujuran, mengutamakan rakyat, menjalankan prinsip “alam dan manusia hidup harmonis”, dan “memperhatikan moral daripada uang dan kepentingan” dan “tidak egois dan mementingkan orang lain daripada diri sendiri”. Semua prinsip-prinsip lurus bijaksana ini menghasilkan hal-hal yang baik bagi kemajuan peradaban Tiongkok, kemakmuran negara dan terhindarnya bencana. Kebudayaan tradisional Tionghoa selalu didasarkan pada kepercayaan pada Tuhan dan menjunjung tinggi moralitas, oleh karenanya prinsip menghargai Sang Pencipta, menjalankan ajarannya, menyayangi satu sama lain antar manusia selalu dilaksanakan. Namun, sejak paham komunis dari negeri asing masuk ke Tiongkok pada tahun 40-an dan dengan kekerasan mengambil alih pemerintahan China sampai sekarang, banyak kebudayaan tradisional Tionghoa telah dirusak, terutama di masa revolusi besar kebudayaan, nilai-nilai luhur kepercayaan asli bangsa Tionghoa dan moralitas telah diberangus, digantikan dengan apa yang disebut “kebudayaan partai komunis”, menghancurkan hubungan harmonis antara Tuhan dan manusia, bumi dan langit, manusia dengan manusia, manusia dengan alam.
No comments:
Post a Comment